Aliran Esensialisme dan Aliran Perenialisme
MAKALAH
FILSFAT PENDIDIKAN
"Esensialisme Dan Perenialisme"
Dosen Pengampu : Dr aswasulasikin, M.Pd
OLEH :
NAMA : ANUGERAH FIRDAUS
NPM. 16110087
SEMESTER/KELAS : 2C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kamipanjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya makalah
ini. Dan tidak lupa pula kita kirimkan shalawat dan taslim atas
junjungan Nabi besar Muhammad s.a.w. Karana Beliaulah sang revolusioner
sejati yang telah membawa kita dari alam yang gelap menuju alam yang
terang menmerang seperti yang kita rasakan sekarang ini. Makalah yang yang saya
buat ini berjudul “Esensialisme dan Perenialisme”.
Saya berharap tugas
dalam bentuk makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupuan para pembaca.
Akhir
kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan tugas yang berupa
makalah ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan tugas makalah yang saya buat
ini.
Selong, 24April
2017
DAFTAR IS
Kata Pengantar................................................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan............................................................................................................ 1
1. Latar Belakang...................................................................................................... 1
2. Rumusn Masalah................................................................................................... 2
3. Tujuan.................................................................................................................... 2
Bab Ii Pembahasan............................................................................................................ 3
A. Aliran Essensialisme........................................................................................ 3
1. Pengertian Aliran Essensialisme................................................................ 3
2. Sejarah Perkembagan Aliran Essensialisme............................................... 3
3. Ciri-Ciri Utama.......................................................................................... 4
4. Implikasi Aliran Essensialisme Terhadap
Pendidikan............................... 5
5. Tokoh-Tokoh Essensialisme...................................................................... 6
B. Aliran Perenialisme.......................................................................................... 7
1. Pengertian Parenialisme............................................................................. 7
2. Sejarah Perkembangan Aliran Parenialisme............................................... 7
3. Ciri-Ciri Utama.......................................................................................... 8
4. Implikasi Aliaran Parenialisme Terhadap
Pendidikan............................... 8
5. Tokoh-Tokoh Parenialisme........................................................................ 9
Bab Iii Penutup................................................................................................................ 10
a. Kesimpulan.......................................................................................................... 10
b. Saran.................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka................................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala
sesuatu sampai kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun
dari dua kata, yaitu Fhilos dan Sophia. Filos berarti
senang, gemar atau cinta, sedangkanSophia dapat diartikan sebagai
kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan
kepada kebijaksanaan.
Kata lain dari flsafat adalah Hakikat dan Hikmah jadi
kalau ada orang yang mengatakan, “Apa Hikmah dari semua ini”, berarti mencari
latar belakang dalam kejadian sesuatu dengan kejadian secara filsafat, yaitu
apa, bagaimana, dan mengapa sesuatu itu terjadi, yang dalam filsafat disebut
dengan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
Immanuel Kant (1724-1804) berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang menjadi pangkal/pokok dan puncak segala pengetahuan yang
tercakup di dalam nya empat persoalan, yaitu :
a. Apa yang dapat kita ketahui....?
dijawab oleh Metafisika
b. Apa yang harus kita lakukan....? dijawab oleh Etika
c. Samapai dimanakah harapan kita...? dijawab oleh Agama
d. Apa hakikat manusia....? dijawab oleh Anthropologi.
Filsafat menela’ah hal-hal yang menjadi objeknya. Dari sudut intinya yang
mutlak, terdalam tetapi tidak berubah, atau perenungan yang
sedalam-dalamnyatentang sebab ada dan perbuat, kenyataan yang sedalam-dalamnya
sampai kepada mengapa yang penghabisan, menjawab pertanyaan terakhir, tidak
dangkaldan dogma, melainkan kritis sehingga kita sadar akan kekaburan dan
kekacauan pengertian sehari-hari.
Karena itu filsafat juga diartikan dengan berfikir dan merasa sedalam-dalamnya,
maka perlu dijelaskan bahwa penulis mendialektikakan berfikir dengan merasa
karena berfikir adalah kegiatan logika, sedangkan merasa adalah kegiatan
estetika dan etika. Oleh karena itu uraian selanjutnya adalah menjelaskan
filsafat pengetahuan, hal mana dalam pengetahuan tersebut terkandung ilmu
(logika), moral (etika) dan seni (estetika).
Pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan
kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih
yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah truji oleh waktu. Nilai-nilai
yang dapat memenuhi adalah berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif
selama 4 abad belakangan ini, dengan perhitungan Zaman Renaisans, sebagai
pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal. Essensialisme percaya
bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia.
Dalam dunia pendidikan, manusia memiliki rasionalitas berpikir untuk
memecahkan masalahnya, baik berupa reaksi, aksi maupun keinginan (cita-cita).
Pengertian masing-masing suatu kesimpulan sebagai belum final, valid, tidak
mutlak dan lain sebagainya, memberi kebebasan untuk menganut atau menolak suatu
aliran. Sikap demikian pra kondisi bagi perkembangan aliran-aliran filsafat,
salah satunya adalah esensialisme
Filsafat Esensial merupakan filsafat pendidikan konservatif yang dirumuskan
sebagai suatu kritik terhadap praktek pendidikan progresif di sekolah-sekolah,
para esensialis berpendapat bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan
warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda dimana pendidikan harus
nilai-nilai luhur yang tertata jelas.
Esensialisme bukan merupakan bangunan filsafat yang berdiri sendiri,
melainkan merupakan terhadap pendidikan progresivisme. Pada umumnya pemikiran
aliran pendidikan esensialisme dilandasi dengan filsafat tradisional idealisme
klasik dan realisme. Dua aliran tersebut adalah pendukung esensialisme, namun
tidak melebur menjadi satu dan tidak melepaskan karakteristiknya masing-masing.
Esensialisme secara umum menekankan pada pilihan kreatif, subjektifitas
pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan hakikat atas setiap
skema rasional untuk hakikat manusia atau realitas.
Perenialisme
diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary of Current English diartikan sebagai “continuing throughout
the whole year” atau “lasting for a very long time” – abadi atau kekal. Dari
makna yang terkandung dalam kata itu adalah aliran perenialisme mengandung
kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat
kekal abadi.
Perenialisme lahir pada tahun 1930-an sebagai suatu reaksi terhadap
pendidikan progresif. Perenialsme menentang pandangan progresivisme yang
menekankan perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang situasi
didunia ini penuh kekacawan, ketikdak pastian dan ketidak teraturan, terutama
pada kehidupan moral, intelektual dan sosial kultural. Maka perlu ada usaha
untuk mengamankan ketidak beresan ini.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian
aliran Essensialisme dan Perenialisme?
2. Bagaimana sejarah
perkembangan aliran Esensialisme dan Perenialisme?
3. Apakah ciri-ciri aliran Essensialisme dan Perenialise ?
.4. Bagaimana Iplikasi Aliran Esensialisme dan Perenialisme Terhadap
Pendidikan?
5. Tokoh-Tokoh Aliran Esensialisme dan Perenialisme?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui
Penegrtian Dari Aliran Esensialisme dan Perenialisme.
2. Untuk Mengetahui
Sejarah Perkembangan Aliran Esensialisme
dan Perenialisme.
3. Untuk Mengetahui
Ciri-Ciri Dari Aliran Esensialisme dan Perenialise.
4. Untuk Mengetahui
Iplikasi Aliran Esensialisme dan Perenialisme Terhadap pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ALIRAN ESENSIALISME
1. Pengertian Aliran Essensialisme
Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan
agar manusia kembali kepada kebudayaan lama.
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme
muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan
progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak
pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk
perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih
yang mempunyai tata yang jelas.
Aliran Esensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan
yang diberikan keduanya bersifat eklektik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu
sebagai pendukung Esensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan harus
bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan
kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad yang lalu, yaitu zaman Renaisans.
kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad yang lalu, yaitu zaman Renaisans.
2. Sejarah Perkembanggan Esensialisme
Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang
berbeda dengan progresivisme, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad
11, 12, 13 dan ke 14 Masehi. Didalam zaman Renaissance itu telah berkembang
dengan megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan
kesenian serta kebudayaan purbakala, terutama dizaman Yunani dan Romawi
purbakala. Renaissance itu merupaka reaksi terhadapa tradisi dan sebagai puncak
timbulnya individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang dari
aktivitas manusia.14 Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930 dengan
beberapa orang pelopornya seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick
Breed dan Isac L. Kandell. Pada tahun 1938 mereka membentuk suatu lembaga yang
disebut dengan “the essensialist committee for the advancement of American
Education” sementara Bagley sebagai pelopor esensialsme adalah seorang guru
besar pada “Teacher College” Colombia University. Bagley yakin bahwa fungsi
utama sekolah adalah mentransmiskan warisan budaya dan sejarah kepada generasi
muda.
Aliran ini populer pada tahun 1930 an dengan populernya Wiliam Bagley
(1874-1946). Pada awal abad ke-20 aliran ini dikritik sebagai aliran kaku untuk
mempersiapkan siswa memasuki dunia dewasa. Namun, dengan suksesnya Ui Sopiet
dalam meluncurkan Sputnik pada tahun 1957, minat pada aliran ini kembali hidup.
Pada tahun 1983 The President’s Commission on Excellence in
Education di AS menerbitkan laporan, A Nation at Risk, yang
memperlihatkan kehidupan penganut aliran esensialis.
3. Ciri-ciri Utama
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak
esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan
tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada
dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah
timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada
zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir
modern.
Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme
mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis
dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman.
Realisme modern, yang menjadi salah satu eksponen essensialisme, titik berat
tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme modern
sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual. John
Butler mengutarakan ciri dari keduanya yaitu, alam adalah yang pertama-tama
memiliki kenyataan pada diri sendiri, dan dijadikan pangkal berfilsafat.
Kualitas-kualitas dari pengalaman terletak pada dunia fisik. Dan disana
terdapat sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan persepsi-persepsi yang
tidak semata-mata bersifat mental.
Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, pendidikan sebagai
pemelihara kebudayaan. Karena dalil ini maka aliran Essentialisme dianggap para
ahli sebagai “Conservative road to culture”, yakni aliran ini ingin kembali
kepada kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan
kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.
Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Kebudayaan yang mereka
wariskan kepada kita hingga sekarang, telah teruji oleh segala zaman, kondisi
dan sejarah. Kebudayaan demikian, ialah essensia yang mampu pula mengemban hari
kini dan masa depan umat manusia. Kebudayaan sumber itu tersimpul dalam ajaran
para filosof ahli pengetahuan yang agung, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu
mereka bersifat kekal dan monumental.
Kesalahan dari kebudayaan moderen sekarang Essensialisme ialah
kecenderungannya, bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang
telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural yang
tidak kita ingini sekarang, hanya dapat diatasi dengan kembali secara sadar
melalui pendidikan, ialah kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu. Hanya
dengan demikian, kita boleh optimis dengan masa depan kita, masa depan
kebudayaan umat manusia.
Ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh William C.
Bagley adalah sebagai berikut:
1.
minat-minat yang kuat dan tahan lama
sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian
bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.
2.
pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang
yang dewasa adalah melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan
ketergantungan yang khusus pada spsies manusia.
3.
oleh karena kemampuan untuk mendisiplin
diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
4.
esensialisme menawarkan sebuah teori yang
kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya
(progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.
4. Implikasi Aliran Essentialisme Terhadap Pendidikan
1)
Pandangan
ontologi essensialisme
Dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta
isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk, sifat,
kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada. Tujuan
umum aliran esensialisme adalah membentuk kebahagiaan dunia dan akherat. Isi
pengetahuannya mencakup, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan
kehendak manusia.
2)
Pandangan
epistemologi essensialisme
teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk
mengerti epistomologi esensialisme. Sebab, jika manusia mampu menyadari bahwa
realita sebagai mikrokosmos dan makrokosmos, maka manusia pasti mengetahui
dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu memikirkan kesemestiannya. Berdasarkan
kualitas inilah manusia memproduksi pengetahuannya secara tepat dalam
benda-benda, ilmu alam, biologi sosial, dan agama.
3)
Pandangan aksiologi
esensialise
Pandangan Aksiologi sangat dipegaruhi oleh ontologi dan epistemologi.
Teori Nilai Menurut Idealisme:
· sikap, tingkah laku dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan
kualitas baik dan buruk. Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika
adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika banyak interaktif
berada didalam dan melaksanakan hukum-hukum itu.
Teori Nilai Menurut Realisme:
· kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual, melainkan
tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bisa dihayati oleh subjek
tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap subjek tersebut
4)
Pandangan
mengenai belajar
Essensialisme yang didukung oleh pandangan idealisme berpendapat bahwa bila
seseorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri,
terus bergerak keluar untuk memahami dunia objektif. Akal budi manusia
membentuk, mengatur, mengelompokkannya dalam ruang dan waktu. Dengan prinsip
itu dapat dikatakan bahwa belajar pada seseorang sebenarnya adalah
mengembangkan jiwa pada dirinya sendiri sebagai substansi spritual. Jiwa
membina dan menciptakan dirinya sendiri. Jadi belajar adalah menerima dan
mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang
timbul untuk ditambah dan dikurangi serta diteruskan kepada angkatan berikutnya
(Barnadib:1996:56). Belajar adalah cerminan dari jiwa yang aktif.
5)
Pandangan
Kurikulum Essentialisme
Essensialisme adalah suatu teori pendidikan yang menegaskan bahwa
pendidikan selayaknya bergerak dalam kegiatan pembelajaran tentang keahlian
dasar, seni dan sains yang telah nyata-nyata berguna dimasa lalu dan tetap
demikian dimasa yang akan datang. Para essensialis percaya bahwa beberapa
keahlian esensi atau dasar mempunyai kontribusi yang besar terhadap keberadaan
manusia seperti membaca, menulis, aritmatika dan perilaku sosial yang beradab.
Keahlian dasar ini merupakan hal yang selayaknya dan memeng dibutuhkan sehingga
selalu ada dalam setiap kurikulum sekolah dasar yang baik.
Pada kurikulum sekolah pertama, kurikulum dasar seharusnya terdiri dari
sejarah, matematika, sains dan sastra. Kurikulum perguruan tinggi terdiri dari
dua komponen yaitu mata kuliah umum dan sains. Dengan menguasai mata kuliah ini
yaitu yang berkaitan dengan lingkungan sosial dan alam, seorang siswa
mempersiapkan diri untuk berpartisipasi ssecara efektif dalam masyarakat
beradab.
Jadi intinya kurikulum hendaknya disusun secara sistematis, dari mulai yang
sederhana sampai yang kompleks. Kurikulum direncanakan dan disusun berdasarkan
pikiran yang matang agar manusia dapat hidup harmonis dan menyesuaikan diri
dengan sifat-sifat kosmis.
5. Tokoh- tokoh Aliran Esensialisme
Esensialisme didasri atas pandanga humanis yang merupakan reaksi tehadap
hidup yang mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan meterialistik. Selain
itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme
dan realisme. Beberapa tokoh utama dalam penyebaran aliran esensialisme adala:
1.
Desiderius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad 15 dan permulaan abad 16, yang
merupakan tikoh pertama yang menolak pandangan hidup yang berpijak pada dunia
lain. Erasmus berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanistis dan bersifat
internasional, sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum Aristokrat.
2.
Johann Amos Comenius, yang hidup di seputar tahun 1592-1670, adalah seorang yang memiliki
pandangan realitas dan dogmatis. Comenius berpendapat bahwa pendidikan
mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak tuhan, karena pada hakikatnya
dunia adalah dinamis dan bertujuan.
3.
John Locke, tikoh dari inggris yang hidup pada tahun 1632-1704 sebagai pemikir dunia
berpendapat bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi.
4.
Johann Henrich Pestalozzi, sebagai
seorang tokoh yang berpandangan naturalistis yang hidup pada tahun 1746-1827.
Pestalozzi memiliki kepercayaan bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada
manusia, sehingga pada manusia terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya.
5.
Johann Friederich Frobel, 1782-1852 sebagai tokoh yang berpandangan kosmis-sintetis dengan
keyakinannya bahwa manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang merupakan bagian
dari alam ini, sehingga manusia tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum
alam.
6.
Johann Friederich Harbert, yang hidup pada tahun 1776-1841, sebagai salah seorang murid dari Immanuel
Kant yang berpandangan kritis, Harbert berpendapat bahwa tujuan pendidikan
adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari yang Mutlak dalam arti
penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan dan inilah yang disebut proses
pencapayan tujuan pendidikan oleh Harbert sebagai pengajaran yang mendidik.
7.
William T. Harris, tokoh dari Amerika Serikat hidup pada tahun 1835-1909. Harris yang
pandanganmya dipengaruhi oleh Hegel berusaha menerapkan idealisme obyektif pada
pendidikan umum. Tugas pendidikan baginya adalah mengizinkan terbukanya realita
berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan kesatuan spiritual.
B. ALIRAN PERENIALISME
1. Pengertian perenialisme
Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Current English diartikan sebagai
“continuing throughout the whole year” atau “lasting for a very long time” –
abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu adalah aliran
perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai
dan norma-norma yang bersifat kekal abadi. Perenialisme melihat bahwa akibat
dari kehidupan zaman moderen telah menimbulkan krisis di berbagai bidang
kehidupan umat manusia. Mengatasi krisis ini perenialisme memberikan jalan
keluar berupa “kembali kepada kebudayaan masa lampau” regresive road to
culture. Oleh sebab itu perennialisme memandang penting peranan pendidikan
dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman modren ini kapada kebudayaan
masa lampau yang dianggap cukup ideal yang telah teruji ketangguhannya.
Asas yang dianut perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang
terkiblat dua, yaitu (a) perenialisme yang theologis – bernaung dibawah
supremasi gereja katolik. Dengan orientasi pada ajaran dan tafsir Thomas
Aquinas – dan (b) perenialisme sekuler berpegang pada ide dan cita Plato dan
Aristoteles.
2. Sejarah Perkebdangan Aliran perenialisme
Aliran perenialisme lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai
suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan
progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme
memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio
kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan
tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau
prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan
teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins
dan ortimer Adler.
Kira-kira abad ke-6 hingga abad ke-15 merupakan abad kejayaan dan keemasan
filsafat perenialisme. Namun, mungkin saja kita bisa saja dengan terburu-buru
melihat perkembangan filsafat perenial ini hanya dalam kerengka sejalan
pemikiran barat saja, melainkan juga terjadi di wilayah lainnya . dan memang
harus tetap diakui bahwasanya jejak perkembanganfilsafat perenial jauh lebih
tampak.
dalam konteks sejarah perkembangan intelektual barat, apalagi sebagai jenis
filsafat khusus, filsafat ni mendafat eleborasi sistem dari para perenialis
barat, seperti Agostino Steunco. Namun, filsafat perenial atau yang sering
disebut sebagai kebijaksanaan univeral, disebabkan oleh beberapa alasan yang
kompleks secara berangsur-angsur mulai rumtuh menjelang akhir abad ke-16. Salah
satu alasan yang paling dimonan adalah perkembangan yang pesat dari pilsafat
materialis. Filsafat materialis ini membawa perubahan yang radikal terhadap
paradigma hidup dan pemikiran manusia pada saat itu.
Memasuki abad ke-18, karena pengaruh filsafat materialis, bayak aspek
relita yang diabaikan, dan yang tinggal hanyalah mekanistik belaka. Filsafat
materialis ini begitu kuat mempengaruhi pola pikir manusia abad modern yang merentang
sejak abad ke-16 hingga akhir abad ke-20. Memasuki akhir abad ke-20 dan awal
abad ke-21, sehingga pada tia-tiap bentuk pemikiran baru yang muncul hingga
pada zaman kontemporer. Dan zaman kontemporer inilah dapat dikatakan zama
kebangkitan filsafat perenialisme.
3. Ciri- Ciri Perenialisme
a.
Perenialisme berakar pada tradisi
filosofis klasik yang dikembangkan oleh plato, Aristoteles dan Santo Thomas
Aquines.
b.
Sasaran pendidikan ialah kemampuan
menguasai prinsip kenyataan, kebenaran dan nilai-nilai abadi dalam arti tak
terikat oleh ruang dan waktu.
c.
Nilai bersifat tak berubah dan universal.
d.
Bersifat regresif (mundur) dengan
memulihkan kekacauan saat ini melalui nilai zaman pertengahan (renaissance).
4. Implikasi Aliran Perenialisme Terhadap Pendidikan
a)
Pandangan
tentang realita (ontologis)
Peremialisme memandang bahwa realitas itu bersifat universal dan ada dimana
saja, juga sama disetiap waktu. Inilah jaminan yang dapat dipenuhi dengan jalan
mengerti wujud harmoni bentuk-bentuk realita, meskipun tersembunyi dalam satu
wujut materi atau pristiwa-pristiwa yang berubah, atau pun didalam ide-de yang
bereang.
b)
Pandangan
tentang pengetahuan (Epistimologi)
Perennialisme mengakui
bahwa impresi atau kesan melalui pengamatan tentang individual thing adalah
pangkal pengertian tentang kebenaran. Tetapi manusia akan memperoleh
pengetahuan lebih tepat jika bersandar pada asas-asas kepercayaan dan bantuan
wahyu; dan itulah tahu dalam makna tertinggi, yang ideal
c)
Pandangan
tentang nilai (Axiologi)
Pandangan tentang hakikat nilai menurut perennialisme adalah pandangan
mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Yang absolut atau ideal (Tuhan)
adalah sumber nilai dan oleh karena itu nilai selalu bersifat teologis.
d)
Pandangan
tentang pendidikan
1.
Pendidikan
Perenialisme memandang edukation as cultural regresion: pendidikan
sebagai jalan kembali,atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang
seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan yang
ideal.
2.
Tujuan
pendidikan
Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi,
inilah yang harus menjadi tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan
pendidikannya adalah membantu peserta didik menyingkapkan dan
menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan
dan kebaikan dalam hidup.
3.
Sekolah
Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite itelektual yang mengetahui
kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya kepada generasi pelajar yang baru.
Sekolah adalah lembaga yang berperan mempersiapkan peserta didik atau orang
muda untuk terjun kedalam kehidupan. Sekolah bago perenialist merupakan
peraturan-peraturan yang artificial dimana peserta didik
berkenalan dengan hasil yang paling baik dari warisan sosial budaya.
4.
Kurikulum
Kurikulum pada aliran ini berpusat pada
mata pelajaran, dan cenderung menitikberatkan pada: sastra, matematika, bahasa,
dan humaniora, termasuk sejarah. Kurikulum adalah pendidikan liberal.
5.
Metode
Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh perenialist
adalah membaca dan diskusi, yaitu membaca dan mendikusikan karya-karya besar
yang tertuang dalam the great books dalam rangka
mendisiplinkan pikiran.
6.
Peranan guru dan
peserta didik
Peran guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan
guru juga sebagai “mirid” yang mengalami proses belajar serta mengajar. Guru
mengembangkan potensi-potensi self-discovery, dan ia
melakukan moral authority(otoritas moral) atas murid-muridnya
karena ia seorang propesional yang qualifietdan superior
dibandingkan muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih, dan perfect
knowladge.
5. Tokoh-tokoh Aliran Perenialisme
Aristoteles Filsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya
Philosophia Perenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri,
kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan
reformer utama dalam abad ke-13.
1. Plato
Dunia ideal bersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan.
2. Aristoteles
Mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas, yang lebih dekat dengan
alam kehidupan manusia sehari-hari. Manusia adalah makhluk materi dan rohani
sekaligus
3. Thomas Aquinas
Pendidikan adalah
menarik atau menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif dan
nyata yang timbul dan bergantung dari kesadaran-kesadaran yang mendukungnya
pada tiap-tiap individu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Esensialisme
adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance
dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang
utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh
fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada
keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan
harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Essentialisme merupakan paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme. Dan
praktek-praktek filsafat pendidikan Essentialisme dengan demikian menjadi lebih
kaya dibandingkan jika ia hanya mengambil posisi yang sepihak dari salah satu
aliran yang ia sinthesakan itu. Ide pokok idealisme berprinsip tentang semesta
raya dan hakekat sesuatu. Ide pokok realisme berprinsip realita itu ada
jika independen terlepas daripada kesadaran jiwa manusia.
Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang
berbeda dengan progresivisme, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad
11, 12, 13 dan ke 14 Masehi.
Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Current English diartikan sebagai
“continuing throughout the whole year” atau “lasting for a very long time” –
abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu adalah aliran
perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai
dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.
Perenialisme lahir pada tahun 1930-an sebagai suatu reaksi terhadap
pendidikan progresif. Perenialsme menentang pandangan progresivisme yang
menekankan perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang situasi
didunia ini penuh kekacawan, ketikdak pastian dan ketidak teraturan, terutama
pada kehidupan moral, intelektual dan sosial kultural. Maka perlu ada usaha
untuk mengamankan ketidak beresan ini.
B. Saran
Saran yang dapat di sapaikan yaitu makalah ini asih jauh dari sepurna,jadi
diharapkan kritikan dari para pebaa untuk kesepurnaan makalah ini, semoga
makalah ini dapat beranfaat bagi para pebaca.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr. H. Jalaluddin dan Drs. Abdullah Idi, M.Ed. Filsafat
Pendidikan. Jakarta: Gaya
Media Pratama.1997
______________, Modul Filsafat Pendidikan, Matakuliah Filsafat pendidikan.
Yogyakarta: 2010
http://wahyudisy.blogspot.com/2008/01/aliran-progresivisme-aliran.html
Komentar
Posting Komentar